- Asset-asset beresiko terjun bebas selama sesi perdagangan minggu lalu setelah 'Operation Twist' The Fed memperoleh respon negatif dari pasar. Selain itu, sentimen pasar juga terpukul oleh ketakutan investor terhadap resesi di Amerika, bangkrutnya Yunani dan penularan krisis serta melambatnya pertumbuhan ekonomi. Dow Jones mengalami penurunan mingguan terbesar sejak 2008 sementara indeks komoditi CRB turun ke level 9 bulan terendahnya sementara emas ikut merosot ke rekor penurunan harian terbesar sejak tahun 1983 dan perak juga mencetak rekor kejatuhan hairan terbesar dalam 32 tahun terakhir.
Yield obligasi 10 tahun terus anjlok dibawah level 2% dan ditutup di 1.8% setelah mencetak rekor terendahnya dalam sejarah sementara yield obligasi 30 tahun juga ditutup dibawah 3% yaitu 2.87%. Indeks Dollar memperluas kenaikannya dan ditutup di level 78.5 setelah menyentuh level fibonacci jangka menengah. Yen juga menguat dipicu aksi 'menghindari resiko' dan mencetak rekor tertingginya terhadap Sterling.
Di antara mata uang utama, Ausssie dan Dollar Selandia Baru yang memiliki korelasi cukup besar terhadap asset beresiko komoditi mengalami penurunan paling drastis seiring adanya kecemasan terhadap perlambatan ekonomi di China. Swiss Franc melemah selama sesi perdagangan minggu lalu dipicu spekulasi SNB akan menaikkan harga patokan EUR/CHF menjadi 1.25 namun Swiss Franc sempat menguat kembali saat isu tersebut tidak direalisasikan. Sterling juga tertekan oleh spekulasi bahwa BoE akan memulai kembali program QE di kuartal ke-3. Walaupun begitu, Euro lebih buruk dari Sterling karena krisis utang yang tidak kunjung berakhir. Euro juga terpukul oleh spekulasi pemotongan suku bunga ECB dan aliran dana ke surat-surat berharga Inggris.
Yield obligasi 10 tahun terus anjlok dibawah level 2% dan ditutup di 1.8% setelah mencetak rekor terendahnya dalam sejarah sementara yield obligasi 30 tahun juga ditutup dibawah 3% yaitu 2.87%. Indeks Dollar memperluas kenaikannya dan ditutup di level 78.5 setelah menyentuh level fibonacci jangka menengah. Yen juga menguat dipicu aksi 'menghindari resiko' dan mencetak rekor tertingginya terhadap Sterling.
Di antara mata uang utama, Ausssie dan Dollar Selandia Baru yang memiliki korelasi cukup besar terhadap asset beresiko komoditi mengalami penurunan paling drastis seiring adanya kecemasan terhadap perlambatan ekonomi di China. Swiss Franc melemah selama sesi perdagangan minggu lalu dipicu spekulasi SNB akan menaikkan harga patokan EUR/CHF menjadi 1.25 namun Swiss Franc sempat menguat kembali saat isu tersebut tidak direalisasikan. Sterling juga tertekan oleh spekulasi bahwa BoE akan memulai kembali program QE di kuartal ke-3. Walaupun begitu, Euro lebih buruk dari Sterling karena krisis utang yang tidak kunjung berakhir. Euro juga terpukul oleh spekulasi pemotongan suku bunga ECB dan aliran dana ke surat-surat berharga Inggris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar