Presiden Barack Obama membiarkan pasar uang tanpa pengawasan
sepanjang musim panas ini disaat dia menekan bahwa Bernanke akan segera
lengser. Ini menjadi sebuah awal persaiangan terbuka bagi pihak-pihak
yang menginginkan menjadi nomer satu di Bank Sentral AS. Mengerucut pada
persaiangan antara pendukung Janet Yellen dan Lawrence Summers, mantan
Menteri Keuangan dan penasehat utama Presiden Obama.
Summers akhirnya mengundurkan diri dari pencalonan tersebut setelah sebagian politisi liberal Demokrat menunjukkan dukungan terhadap Janet Yellen. Akhirnya, Yellen diatas angin, hingga akhirnya dibulan November diputuskan sebagai kandidat tunggal oleh Komisi Perbankan Senat.
Naiknya Janet Yellen sebagai Gubernur Bank Sentral AS terkesan mulus namun langsung dihadang dengan berbagai masalah dalam jangka pendek ini. Bank Sentral AS masih belum bisa menstabilkan inflasi dan angka pengangguran AS yang masih tinggi. Pada bulan November, angka pengangguran AS masih berada di angka 7%, dari target Bank Sentral untuk bisa mentoleransi angka pengangguran pada angka 5.5%.
Didasari dengan rasa percaya diri, The Fed menyatakan bahwa mereka akan mulai melakukan pengurangan program pembelian obligasi di 2014. Pada pertemuan The Fed dibulan Desember kemarin, diputuskan untuk melakukan pengurangan besaran belanja obligasi sebesar $10 milyar perbulan menjadi hanya $75 milyar per bulan. Pasar uang sendiri mengharapkan Janet Yellen bisa kembali melanjutkan pengurangan program pembelian obligasi pada tahun ini, dan mengakhiri program tersebut sebelum 2015.
Salah satu tantangan terbesar Janet Yellen juga mengenai suku bunga. Dengan keputusan untuk melakukan pengurangan (tapering) dalam program pembelian Obligasi, The Federal Reserve diperkirakan akan sulit untuk tetap mempertahankan suku bunga sebagaimana saat ini. The Federal Reserve memang menegaskan kembali bahwa mereka akan tetap mempertahankan suku bunga mendekati nol persen ini hingga pengangguran AS turun dibawah angka 6.5%. Tetap saja pasar merasa skeptis dengan The Fed.
Tantangan terbesar selanjutnya bagi Gubernur Bank Sentral AS terbaru adalah masalah inflasi yang rendah. Selama satu tahun terakhir ini, tingkat konsumsi personal hanya naik 0.9%. Angka ini masih jauh dibawah target The Federal Reserve sebesar 2%. Pekerjaan rumah ini akan langsung menghadang Janet Yellen diawal masa kerjanya. Pasar memang berasumsi bahwa membuat inflasi akan lebih mudah, namun dari pelajaran Jepang selama lebih dari dua decade ini membuktikan bahwa tantangan meningkatkan inflasi juga merupakan hal yang tidak mudah pula.
Selain masalah inflasi, Janet Yellen juga harus segera menurunkan angka pengangguran AS yang tinggi dengan kebijakan stimulus yang bisa mendorong terciptanya berbagai lapangan kerja baru. Diakui bahwa Janet Yellen akan menghadapi tekanan atas pengaturan kembali masalah perbankan.
Summers akhirnya mengundurkan diri dari pencalonan tersebut setelah sebagian politisi liberal Demokrat menunjukkan dukungan terhadap Janet Yellen. Akhirnya, Yellen diatas angin, hingga akhirnya dibulan November diputuskan sebagai kandidat tunggal oleh Komisi Perbankan Senat.
Naiknya Janet Yellen sebagai Gubernur Bank Sentral AS terkesan mulus namun langsung dihadang dengan berbagai masalah dalam jangka pendek ini. Bank Sentral AS masih belum bisa menstabilkan inflasi dan angka pengangguran AS yang masih tinggi. Pada bulan November, angka pengangguran AS masih berada di angka 7%, dari target Bank Sentral untuk bisa mentoleransi angka pengangguran pada angka 5.5%.
Didasari dengan rasa percaya diri, The Fed menyatakan bahwa mereka akan mulai melakukan pengurangan program pembelian obligasi di 2014. Pada pertemuan The Fed dibulan Desember kemarin, diputuskan untuk melakukan pengurangan besaran belanja obligasi sebesar $10 milyar perbulan menjadi hanya $75 milyar per bulan. Pasar uang sendiri mengharapkan Janet Yellen bisa kembali melanjutkan pengurangan program pembelian obligasi pada tahun ini, dan mengakhiri program tersebut sebelum 2015.
Salah satu tantangan terbesar Janet Yellen juga mengenai suku bunga. Dengan keputusan untuk melakukan pengurangan (tapering) dalam program pembelian Obligasi, The Federal Reserve diperkirakan akan sulit untuk tetap mempertahankan suku bunga sebagaimana saat ini. The Federal Reserve memang menegaskan kembali bahwa mereka akan tetap mempertahankan suku bunga mendekati nol persen ini hingga pengangguran AS turun dibawah angka 6.5%. Tetap saja pasar merasa skeptis dengan The Fed.
Tantangan terbesar selanjutnya bagi Gubernur Bank Sentral AS terbaru adalah masalah inflasi yang rendah. Selama satu tahun terakhir ini, tingkat konsumsi personal hanya naik 0.9%. Angka ini masih jauh dibawah target The Federal Reserve sebesar 2%. Pekerjaan rumah ini akan langsung menghadang Janet Yellen diawal masa kerjanya. Pasar memang berasumsi bahwa membuat inflasi akan lebih mudah, namun dari pelajaran Jepang selama lebih dari dua decade ini membuktikan bahwa tantangan meningkatkan inflasi juga merupakan hal yang tidak mudah pula.
Selain masalah inflasi, Janet Yellen juga harus segera menurunkan angka pengangguran AS yang tinggi dengan kebijakan stimulus yang bisa mendorong terciptanya berbagai lapangan kerja baru. Diakui bahwa Janet Yellen akan menghadapi tekanan atas pengaturan kembali masalah perbankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar