RUNNING STRING

Senin, 18 Agustus 2014

Sejarah Uang Kertas Dari John Law Hingga Nixon

Adalah John Law seorang pelarian kriminal dari Scotland di tahun 1716 membuka cikal bakal Bank dengan nama Banque Generale atas ijin Duc d’Orleans penguasa defacto di Prancis. Orang ini memperkenalkan uang kertas Livre di Prancis yang kemungkinan besar idenya berasal dari penggunaan check oleh pedagang-pedagang Arab sebagai bukti kepemilikan uang. Meski check pedagang Arab ini tentu check yang memiliki backup berupa emas atau perak.
Dan pada awalnya, mereka sadar bahwa emas dan perak merupakan komoditas berharga untuk menyimpan nilai kekayaan. Sehingga uang Livre yang dicetak selalu dibatasi dengan jumlah cadangan emas. Tetapi timbul ide di pikiran John Law, jika uang kertas tersebut bisa menggerakkan ekonomi dan memakmurkan negara (kerajaan, penguasa), kenapa tidak dicetak saja semaunya tanpa repot menyediakan emas sebagai basis pendukung. Akhirnya diwujudkan setelah memberi saran kepada Duc d’Orleans dengan argumen bahwa rakyat sudah percaya terhadap uang kertas dan cadangan emas sudah tidak diperlukan lagi. Disinilah titip manipulasi uang bermula.
Tahun 1719 peredaran Livre meningkat berlipat ganda. Suku bunga pinjaman yang rendah antara 1%-2% menyulut spekulasi dimana-mana termasuk di saham Mississipi Company – perusahaan yang dibawahi John Law. Terjadilah stock bubble dan credit bubble. Bisa diterka bahwa 1722 tahun kemudian Livre ambruk. Tapi John Law dan teman-temannya telah kaya karena telah memindahkan uang kertasnya dengan asset riil, istana, lukisan-lukisan dan perhiasan. John Law melarikan diri dari Prancis. Dia mati tahun 1729 dengan meninggalkan aset-aset riil. Walaupun dia mati tetapi idenya Law tetap hidup. Cerita John Law dan Mississipi Bubble ini sangat menarik karena cerita ini adalah sejarah hitam di bidang keuangana yang melibatkan pelarian kriminal (John Law), penguasa (Duc d’Orleans) dan para politikus (lingkungan kerajaan). Apakah ini mengingatkan anda pada sesuatu? hmmm…
Aliran pencinta uang disebut monetarism atau monetarisme. John Keynes dikenal juga sebagai salah seorang yang ide-idenya berpengaruh. Dalam menghadapi kelesuan ekonomi, kata Keynes, pemerintah perlu menstimulir dengan menginjeksikan liquiditas dan juga menggalakkan proyek-proyek pemerintah. Dalam bahasa awamnya: Kalian punya problem ekonomi? Cetak duit dan belanjakan!. Imam Semar pernah membuat sebuah pertanyaan, mungkin kita bisa juga membantu untuk menjawabnya:
Apakah kemakmuran itu bisa dicapai dengan mencetak kertas yang diberi angka dan /atau dengan berhutang ?, Jika benar maka dunia tentu sudah makmur dari dulu kala! Ekonomi di jaman Sukarno, Suharto telah jebol karena menggelembungan uang kertas dan kredit. US di tahun 1930an dan 1970an juga demikian.
Perang Vietnam memberikan tekanan kuat pada ekonomi Amerika Serikat. Presiden Nixon tergoda untuk melakukan belanja negara lebih banyak lagi agar ekonomi bergerak. Dunia dan AS pada saat itu terikat dengan perjanjian Bretton Woods (bisa dibaca disini). Yang Intinya adalah bahwa negara-negara di dunia boleh menjadikan mata uang USD dan poundsterling sebagai cadanga devisanya sebagai pengganti emas. Dengan syarat AS dan Inggris akan mengontrol jumlah dollar dan poundnya sesuai dengan cadangan emas yang mereka miliki, ini artinya standard emas masih berlaku yang berarti uang saat itu tidak dicetak semaunya.
Kemudian seperti John Law, Nixon tergoda untuk membuat check bodong atau dengan kata lain uang bodong. Apa yang terjadi kemudian ? Jendral Perancis Charles DeGaulle melihat ini sebagai hal yang buruk. Dia menyuruh pemerintah Prancis menukarkan cadangan USD ke emas segera pada tahun 1967. Banyak yang megikuti jejak DeGaulle, menukarkan cadangan dollarnya ke emas, dollar pun rush, seperti yang terjadi di tahun 1930an (juga pada kasus Mississipi Company, Livre & John Law di atas).
Akhirnya Nixon menutup pintu secara sepihak untuk penukaran dollar ke emas pada tahun 1971. Belanja Amerika Serikut tinggi untuk membiayai berbagai perang, mulai dari perang dingin, perang Arab-Israel (dari belakang) dan perang-perang lain di Amerika Selatan, defisitpun naik. Sehingga dalam masa 10 tahun berikutnya harga emas meroket dari $35/oz ke $875/oz sebelum turun lagi ke kisaran $260-$300/oz.
Karena standar emas ditinggalkan, sejak tahun 1971 jumlah uang yang dicetak dan kredit/hutang meningkat cepat dan cadangan devisa non-emas naik. Sampai tahun 1998 jumlahnya mencapai USD 1.4 Triliyun dari kurang USD 100 milyar di tahun 1971. Kebanyakan cadangan ini dalam bentuk USD dan US (treasury) bond. Pada saat tahun 2004 Jepang dan China adalah pemegang bond yang dikeluarkan oleh pemerintah US kurang lebih sebesar $ 2.2 triliyun. Candangan emas di banyak bank-bank sentral menjadi kecil porsinya. Kasus John Law terulang.
Dalam kasus Mississipi dan John Law, bubble meletus kira-kira 6 tahun sejak dimulainya program pencetakan uang kertas. Demikian pula dengan Weimar hyperinflasi 1918 – 1923, hanya 6 tahun. Bagaimana dengan dollar saat ini, bukankah sejak tahun 1971 sistem keuangan tidak lagi menggunakan emas. Sejak ditinggalkannya standar emas (perjanjian Bretton Woods), krisis ekonomi justru semakin sering terjadi di dunia ini. Krisis keuangan inflasi tinggi 1973-1980 di AS, di Argentina (1980-82, 1995), Chili (1981-1983), Brazil (1994-1996), Mexico (1994), Asia (1997-1998), Jepang (1992), Russia (1998), krisis High Tech di Nasdaq dan terakhir 2008 kemarin krisis terjadi dimana-mana.
Dengan terbukanya perdagangan antar bangsa dan penggunaan US Dollar sebagai uang internasional, krisis dapat ditunda. Illusi yang mendalam bahwa dollar adalah hard currency membuat akhir dari uang bodong bisa tertunda. Bagaimana akhirnya? kita simpan saja untuk para akademisi dan sejarah. Untuk kita yang penting ialah bagaimana menyelamatkan diri dari rencana jahat para bandit, penguasa dan politikus dengan menyimpan harta dalam bentuk asset riil, properti, tanah atau emas.sumber; http://investasiemas-id.com/sejarah-emas/sejarah-uang-dari-john-law-hingga-nixon-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CARICATURES