Pada tahun 60-an, suplai dollar AS terus
meningkat menyebabkan dollar terdepresiasi terhadap mata uang asing.
Peningkatan suplai mata uang ini diperkirakan sebagai akibat pengeluaran
pemerintah AS yang terus meningkat kususnya untuk membiayai perang
Vietnam dan belanja program sosial Presiden Johnson.
Suplai
dolar yang meningkat juga menaikkan tingkat inflasi AS. Harga-harga
produk AS meningkat sehingga tidak bisa berkompetisi dengan produk
asing. Akibatnya volume impor lebih tinggi dari ekspor. Terjadilah
defisit perdagangan AS. Bagi mitra dagang AS, surplus dolar ternyata
juga menimbulkan masalah. Seorang profesor ekonomi di Yale University
yaitu Robert Triffin (asal Belgia) mengungkapkan hal ini dengan sebutan
dollar over hang. Ini terjadi ketika nilai dolar yang disimpan
sebagai cadangan devisa oleh negara-negara mitra AS, telah melampaui
nilai emas yang disimpan AS sebagai cadangan untuk setiap dolar yang
mereka cetak pada kurs 35 dolar per ons. Dolar over hang terjadi pada tahun 1960 dan semakin memburuk pada tahun-tahun sesudahnya.
Karena
melihat fakta memburuknya kondisi dolar, tantangan dan kritikan kepada
AS terus disampaikan khususnya oleh negara-negara yang menggunakan
reserve dolar secara dominan, seperti Prancis, Inggris dan Jerman.
Charles de Gaulle, presiden Prancis kelima, secara terbuka menyerang
eksistensi dolar dan mengundang negara-negara dunia lainnya untuk
menciptakan sistem moneter yang kembali kepada emas. De Gaulle ternyata
tidak main-main, ia mengapalkan dolar AS kembali ke Amerika dan meminta
untuk diganti dengan emas. Kemudian tahun 1965 ia memerintahkan Prancis
mengonversi 150 juta dolar AS ke dalam emas. Ia juga merencanakan untuk
menukarkan dolar dalam jumlah yang sama setelah yang pertama sukses.
Tindakan itu kemudian diikuti oleh Spanyol yang menukarkan 60 juta dolar
AS ke dalam emas.
Langkah ini jelas
sangat memukul Amerika Serikat. Simpanan emas mereka di Fort Knox,
berkurang drastis. Presiden Johnson segera mencari cara untuk
mengantisipasi gelombang penukaran dolar ke emas besar-besaran yang akan
membahayakan stabilitas dolar dan ekonomi negara mereka. Kongres
menyetujui proposalnya untuk mengurangi 25% emas yang dijadikan back up
dolar.
Sementara dolar over hang semakin
memburuh, Fed malah mencetak dolar lebih banyak untuk membiayai
pengeluaran dan belanja militer. Ini mengakibatkan dolar yang disimpan
sebagai cadangan devisa di luar AS meningkat drastis. Diperkirakan pada
tahun 1971 nilainya 50 milliar dolar AS dengan cadangan emas AS hanya
senilai 15 juta dolar AS. Inilah yang menyebabkan presiden Nixon
menyerah melempar handuk. Hingga akhirnya pada Agustus 1971 dia mencabut
konvertibilitas dolar, yang menandai berakhirnya sistem Bretton Woods.
Artinya mulai saat itu dolar diserahkan sepenuhnya kepada pasar dan
tidak lagi memiliki backup emas sama sekali. Gampangnya, pemerintah AS
tidak lagi melayani pihak mana pun yang hendak menukarkan dolarnya
dengan emas.
Dengan demikian lahirlah
rezim keuangan dunia yang didominasi oleh dolar AS dan siapapun yang
berada dibelakangnya. Dolar tidak lagi sebagai mata uang yang netral
seperti sebelumnya, karena tidak lagi dicadangkan emas. Ia sudah menjadi
alat yang bisa digunakan untuk eksploitasi, menjaga supremasi dan
superioritas AS atas negara-negara lain. Karena hanya negara AS yang
boleh mencetak dolar, sedangkan masyarakan dunia lainnya menyediakan
barang dan jasa yang bisa ditukar dengan dolar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar