Jumat, 18 September 2015
Kamis, 17 September 2015
THE FINAL COUNT DOWN...
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengaku sedang menantikan keputusan The Fed. Namun dia berharap The Fed jadi menaikan suku bunga acuannya.
"Kalau saya pribadi berharap akan naikan suku bunganya agar tidak ada lagi ketidakpastian, menjadi pasti," ujarnya di Graha CIMB Niaga Jakarta, Kamis (17/9/2015).
Menurut Budi, dengan dinaikkannya suku bunga di AS bisa memberikan kepastian bagi perekonomian Indonesia. Pasalnya seluruh investor selama ini bersikap labil dikarenakan ancaman kenaikan suku bunga The Fed.
"Lebih cepat lebih baik, soal ketidakpastian sudah selesai. Capital market selalu lebih dahulu antisipasi jika suku bunga naik, baik di bond dan equity," imbuhnya.
Dia juga meramalkan The Fed pasti menaikan suku bunganya. Hal itu dikarenakan kondisi perekonomian AS sudah terbilang membaik dari sebelumnya. Sehingga saat ini merupaka momen yang tepat untuk menaikan suku bunganya.
"Saya rasa di AS, ekonomi mereka, daripada mereka telat antisipasi inflasi, pasti akan menaikan (suku bunganya)," pungkasnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan bila bank sentral Amerika Serikat (AS)/The Federal Reserve menaikkan suku bunga maka dapat memberikan kepastian di pasar keuangan dan modal.
Darmin menilai, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipicu dari spekulasi kenaikan suku bunga The Federal Reserve. Hal itu membuat dolar AS cenderung menguat terhadap sejumlah mata uang negara lain termasuk Indonesia. Kalau ada kepastian kenaikan suku bunga AS dapat berdampak positif ke Indonesia.
"Nilai tukar rupiah sudah terlalu tinggi dari fundamentalnya karena spekulasi menunggu ini (suku bunga AS). Buat Indonesia sebenarnya lebih baik lakukan, supaya selesai spekulasinya," kata Darmin, Kamis (17/9/2015).
Ia mengakui, kalau kenaikan suku bunga AS dapat memicu aliran dana investor asing keluar dari Indonesia. Akan tetapi, aliran dana keluar tidak akan besar. Di pasar modal Indonesia saja, aliran dana investor asing yang sudah keluar mencapai Rp 9,4 triliun pada 2015.
"Jadi jangan dianggap ini momok karena orang sudah memprediksi ini sejak sebulan dan dua bulan," tutur Darmin.
Lebih lanjut ia mengatakan, kenaikan suku bunga AS memang tidak dapat dibilang positif ke Indonesia. Akan tetapi, kenaikan suku bunga AS akan membuat penyesuaian ke pasar keuangan sehingga spekulasi pun mereda.
Hal itu akan berdampak ke nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) telah melemah sekitar 15,85 persen dari Rp 12.474 per dolar AS pada 2 Januari 2015 menjadi Rp 14.452 per dolar AS pada 17 September 2015.
"Tekanan spekukasi jadinya mereda sehingga nilai tukar rupiah kita bergerak ke fundamentalnya," ujar Darmin.
"Kalau saya pribadi berharap akan naikan suku bunganya agar tidak ada lagi ketidakpastian, menjadi pasti," ujarnya di Graha CIMB Niaga Jakarta, Kamis (17/9/2015).
Menurut Budi, dengan dinaikkannya suku bunga di AS bisa memberikan kepastian bagi perekonomian Indonesia. Pasalnya seluruh investor selama ini bersikap labil dikarenakan ancaman kenaikan suku bunga The Fed.
"Lebih cepat lebih baik, soal ketidakpastian sudah selesai. Capital market selalu lebih dahulu antisipasi jika suku bunga naik, baik di bond dan equity," imbuhnya.
Dia juga meramalkan The Fed pasti menaikan suku bunganya. Hal itu dikarenakan kondisi perekonomian AS sudah terbilang membaik dari sebelumnya. Sehingga saat ini merupaka momen yang tepat untuk menaikan suku bunganya.
"Saya rasa di AS, ekonomi mereka, daripada mereka telat antisipasi inflasi, pasti akan menaikan (suku bunganya)," pungkasnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan bila bank sentral Amerika Serikat (AS)/The Federal Reserve menaikkan suku bunga maka dapat memberikan kepastian di pasar keuangan dan modal.
Darmin menilai, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipicu dari spekulasi kenaikan suku bunga The Federal Reserve. Hal itu membuat dolar AS cenderung menguat terhadap sejumlah mata uang negara lain termasuk Indonesia. Kalau ada kepastian kenaikan suku bunga AS dapat berdampak positif ke Indonesia.
"Nilai tukar rupiah sudah terlalu tinggi dari fundamentalnya karena spekulasi menunggu ini (suku bunga AS). Buat Indonesia sebenarnya lebih baik lakukan, supaya selesai spekulasinya," kata Darmin, Kamis (17/9/2015).
Ia mengakui, kalau kenaikan suku bunga AS dapat memicu aliran dana investor asing keluar dari Indonesia. Akan tetapi, aliran dana keluar tidak akan besar. Di pasar modal Indonesia saja, aliran dana investor asing yang sudah keluar mencapai Rp 9,4 triliun pada 2015.
"Jadi jangan dianggap ini momok karena orang sudah memprediksi ini sejak sebulan dan dua bulan," tutur Darmin.
Lebih lanjut ia mengatakan, kenaikan suku bunga AS memang tidak dapat dibilang positif ke Indonesia. Akan tetapi, kenaikan suku bunga AS akan membuat penyesuaian ke pasar keuangan sehingga spekulasi pun mereda.
Hal itu akan berdampak ke nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) telah melemah sekitar 15,85 persen dari Rp 12.474 per dolar AS pada 2 Januari 2015 menjadi Rp 14.452 per dolar AS pada 17 September 2015.
"Tekanan spekukasi jadinya mereda sehingga nilai tukar rupiah kita bergerak ke fundamentalnya," ujar Darmin.
Jumat, 11 September 2015
Rabu, 09 September 2015
Rabu, 02 September 2015
Let's see...
LOCO short term
Suggest SELL: 1137 TP 1132
1132 TP 1127
1126 TP 1118
Suggest BUY; 1123 TP 1138
1144 TP 1152
1157 TP 1167
Suggest SELL: 1137 TP 1132
1132 TP 1127
1126 TP 1118
Suggest BUY; 1123 TP 1138
1144 TP 1152
1157 TP 1167
Selasa, 01 September 2015
Langganan:
Postingan (Atom)